Sebelumnya
gue mau kasih tau dulu kalo artikel ini masuk kedalam Late Post karena gua baru
sempet nulis hari ini. Hehehe
Senin
lalu, tepatnya tanggal 21 Juli 2014 adalah hari yang menurut gua sangat amat
mengharukan. Hari itu gue menghadiri invitation untuk buka puasa bersama oleh
Bangoraya’13 (angkatan gua disekolah). Tapi bukan itu yang bikin gua terharu.
-Trus
apa dong rif?
Sabar dulu, gue kan baru mulai cerita-_-
Malam
itu kebetulan berbarengan dengan pengumuman hasil SIMAK UI 2014.
-Ooh
pasti mengharukan karena lo lulus SIMAK UI ya? Ciyeeee..
Kampret
sabar dulu gue belum selesai cerita!!-_-
Yes you’re right, gue
emang ikut SIMAK UI tahun ini, but no you’re wrong. Sama seperti SBMPTN
sebelumnya, SIMAK UI kali ini gue juga gagal lagi..
Ngenes ya? Iyalah kampret, mana bayarnya
pake uang tabungan gue sendiri pula-_-
-Trus dimana mengharukannya rif?
Kan gue bilang sabar dulu. *lempar sandal*
Walaupun harapan gua untuk kuliah di
Universitas Negeri sudah pupus, itu sama sekali gak berpengaruh sama gue. Toh yang
penting itu bukan kampusnya, tapi mahasiswanya. *pembelaan*
Anyway, gue akan menjawab pertanyaan
kalian tentang hal apa yang membuat gue terharu malam itu.
Kenapa malam itu gue bilang kalo itu
adalah malam yang paling mengharukan untuk gue? Karena pada malam itu gue bisa
bertemu seorang sahabat terbaik gue. Sahabat yang dulu terpaksa gue tinggal
untuk melangkah terlebih dulu karena dulu ia sempat tinggal kelas.
Namanya Iqbalsyah Nouval, panggil saja
dia Iqbal. Dia adalah sahabat terbaik gue selama SMA dulu. Sebelum kita bertemu,
dia sering kali meminta bantuan doa agar dia dinyatakan lulus ujian SIMAK UI. Melihat
perjuangannya selama 2 tahun terakhir, serta melihat ketegarannya dalam menahan
malu karena tinggal kelas tentu saja membuat gue melantunkan beberapa doa untuknya
kepada Tuhan.
Saat kita bertemu di tempat bukber (buka
puasa bersama) pun ia tiada hentinya meminta bantuan doa kepada gue. Gue tersenyum
dan menepuk pundaknya sambil berkata..
“It’s okay bal, everything’s gonna be
alright J”
Ia terus memandang layar handphonenya
untuk menunggu hasil ujiannya diumumkan. Terlihat keraguan di matanya. Namun dibalik
keraguan itu gue melihat sebuah HARAPAN. Harapan untuk menggapai
mimpi-mimpinya.
Beberapa menit setelah waktu berbuka
puasa, tiba-tiba dia tersenyum seraya berkata..
“Alhamdulillah gua lulus!!”
Seketika semua teman-teman saling
berdatangan sambil mengucapkan selamat kepadanya. Gue dapat merasakan betapa
bahagia dirinya. Gue hanya bisa tersenyum sambil beberapa kali memukul
pundaknya. Inilah yang membuat gue terharu. Sahabat gue berhasil meraih
mimpinya. Ialah Iqbalsyah Nouval, teman sebangku terbaik saya. Teman traveling,
teman di marahin guru, teman terlambat sekolah, dan juga teman bolos terbaik
saya. :P
Iqbalsyah adalah satu-satunya sahabat gue yang selalu meminta maaf kepada Ibunya jika ia membuat kesalahan (hampir setiap hari ia minta maaf kepada Ibunya) baik secara langsung maupun via telfon. Dialah sahabat yang selalu berusaha membuat orang tuanya percaya dan bangga akan dirinya, walaupun dia bukanlah murid berprestasi. Dialah seorang yang mampu mengalahkan rasa malunya hanya untuk mengulang kelas selama satu tahun.
Iqbalsyah adalah satu-satunya sahabat gue yang selalu meminta maaf kepada Ibunya jika ia membuat kesalahan (hampir setiap hari ia minta maaf kepada Ibunya) baik secara langsung maupun via telfon. Dialah sahabat yang selalu berusaha membuat orang tuanya percaya dan bangga akan dirinya, walaupun dia bukanlah murid berprestasi. Dialah seorang yang mampu mengalahkan rasa malunya hanya untuk mengulang kelas selama satu tahun.
Gue ingat saat pertama kali saya masuk ke
kelasnya sebagai “anak baru”. Pada hari itu pula gue diejek sebagai “Anak Alay”
oleh semua teman2 di kelas (saya akui
kalau saat itu gue memang masih alay J) Tetapi
dia gak peduli dan tetap berteman dengan gue. Entah bagaimana awalnya kami
berdua bisa menjadi teman dekat, bahkan sampai duduk sebangku selama 6 bulan
penuh.
Gue juga ingat saat pertama kali
berkunjung ke rumahnya di daerah Pejaten, Jakarta Selatan. Saat itu gue tidak
menduga bahwa ia adalah orang kaya. Gue ingat saaat pertama kali memarkirkan
motor jelek gue di dalam garasinya, saat itu gue merasa canggung dan malu-malu
karena baru kali itu gue memakirkan motor di dalam garasi, hehehe. Walaupun itu
bukan garasi gue, namun saat itu gue merasa senang. Rasanya seperti memiliki
garasi sendiri!! Memang terdengar norak, but that’s what I felt J
Saat pertama masuk ke rumahnya dan
bertemu dengan Ibunya, gue sangat canggung dan terkadang salting (salah
tingkah) karena saat itu gue merasa strata sosial di antara keluarga gue dengan
keluarganya sangatlah jauh. Gue juga ingat untuk pertama kalinya gue
mendengarkan lagu yang sangat keren dari Black Eyed Peas – The Time dan Far
East Movement – Like a G6, maklum saat itu gue sama sekali gak tau tentang
kedua band tersebut Hehehe
Gue juga ingat gua selalu bantuin dia
ngerjain tugas-tugas kimia yang belum selesai, karena waktu itu nama dia di sebut
terus sama Pak Leo (guru Kimia) :P Gue juga ingat saat kita hampir tiap hari
senin ke piket untuk izin keluar karena bosan dan karena guru piket hari senin
itu Bu Wayan (guru yg mudah dirayu & dibohongi :P) dan salah satu hal
selalu gue inget dari sosok seorang Iqbal adalah dia satu-satunya sahabat gue
yang selalu maksa gue untuk sholat (saat itu keimanan gue sangatlah buruk), walaupun
gue sudah memberi seribu alasan tetap saja ujung-ujungnya sholat juga :P
Namun salah satu hal yang gak bisa gue
lupakan adalah ketika pembagian rapor kenaikan kelas dia dinyatakan tidak naik
kelas. Perasaan gue saat itu begitu aneh, begitu bimbang. Saat itu gue gak bisa berkata apa-apa, bahkan untuk
tersenyum pun sulit.
Gue yakin jika kalian ada di posisi yang
sama seperti gue saat itu, mungkin
kalian akan merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak, saat itu gue harus
menerima kenyataan bahwa gue harus meninggalkan teman terbaik gue hanya karena
dia tinggal kelas. Gue sama sekali gak bisa membayangkan apa yang dia rasakan
saat itu. Memang terdengar lebay/berlebihan, namun itulah yang gue rasakan. Bahkan
jika kita bertemu di kantin sekolah atau di tempat nongkrong gue gak bisa lagi
ngobrol dan becanda seperti dulu, karena kalo ketemu dia gue selalu ingat hari
dimana dia terpaksa tinggal kelas.
Namun malam itu semua kesedihan &
keraguan di hati gue terobati. Sahabat saya berhasil!!
Sejak pertama gue kenal dengan Iqbal, gue
yakin kelak dia akan menjadi orang yang hebat. Kelak dia akan melampaui kita
semua. Seorang sahabat yang mengajari gue untuk selalu ingat kepada Tuhan. Sahabat
yang hingga saat ini menyadarkan gue bahwa tidak ada perbedaan antara sesama
manusia, meskipun orang itu kaya ataupun miskin. Seorang sahabat yang sekali
lagi mampu mebuktikan kepada dunia bahwa orang yang di pandang sebelah mata pun
MAMPU meraih mimpi terbesarnya.
Gue berpesan kepada sahabat terbaik gue, Iqbalsyah
Nouval. Serta untuk teman-teman pembaca yang mengalami ataupun merasakan hal
yang sama..
“Sekecil
apapun harapan itu bila kita perjuangkan niscaya harapan itu akan terwujud.
Meskipun dengan waktu ataupun cara yang tidak kita duga J”
*Tulisan ini saya
dedikasikan kepada sahabat saya Iqbalsyah Nouval.
See you on Top my friend!! Your journey
has started.